REFLEKSI MAULID NABI MUHAMMAD SAW.
By. Ulin Nuha, M.Ag.
By. Ulin Nuha, M.Ag.
Rasulullah
SAW. Sepanjang hidupnya senantiasa dalam atmosfir perjuangan. Perjuangan di
segala aspek kehidupannya sebagai
manusia.
Baik sebagai
makhluk hidup yang memperjuangkan hidupnya untuk bertahan hidup dan menghidupi
keluargaya yang dalam Al Quran disebut sebagai BASYAR (Sebagai makhluk
biologis).
Sebagai
makhuk yang senantiasa memperjuangkan diri dan orang lain baik, keluarga,
tetangga sampai seluruh umat manusia ila yaumil qiyamah menuju cayaha Ilahi,
cahaya Islam menjadi khoiru Ummah yang dalam Al Quran disebut dengan istilah An
Nas (Sebagai makhlik soaial).
Dan sebagai makhuk yang senantiasa
memperjuangkan manusia dari belenggu kebodohan, kebobrokan akhlak atau moral,
dan dari lembah kesyirikan dimana mereka tidak lagi menggunakan akalnya untuk
berfikir menembus cakrawala luasnya ilmu pengetahuan dan teknologi, mereka
sudah tidak lagi menghidupkan hati dan perasaannya untuk menyayangi yang lebih
muda da menghormati yang lebih tua, tidak lagi punya empati pada orang lain
yang membutuhkan menuju masyarakat Madani,masyarakat yang berperadaban. Juga
memperjuangkan mereka yang tidak lagi
membuka hati dan fikirannya untuk menemukan ILAHI, Dzat yang Maha segalanya
yang dapat membuat mereka tunduk, patuh dan menjadi hamba yang dlaif menuju
hamba yang shalih. Mereka telah tersesat dan tertutup dinding tebal kesyirikan
dan kesombongan menuju kesatuan ketauhidan. Perjuangan Rasulillah SAW yang seperti
ini oleh Al Quran menyebut dengan istilah perjuangan menuju manusia kamil (al
Insan).
Dari itu
dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Semoga kita mampu meneladani
pribadi beliau sebagai PEJUANG SEJATI. Walaupun kita belum atau tidak mampu
menjadi seperti beliau secara Kaaffah, minimal kita senahtiasa mampu memahai
dan mengaplikasikan sesuai dengan kemampuan kita masing2, tanpa memandang
rendah orang lain dan merasaa lebih daripada orang lain.
Semoga kita juga
senantiasa mampu memahami dan mengaplikasikan-meniru nilai kejuangan Beliau.
Sebagai anak2 dan orangtua berjuang menjadi seperti yang Rsulullah SAW. lakukan
sebagai anak dan orangtua, sebagai pelajar,
guru, ustadz, kyai, pejabat, politsi, cendekiawan, pedagang, buruh, warga atau anggota masyarakat
dan lain sebagainya berjuang sesuai
dengan status, tempat, situasi,kondisi dan kemampuannya masing2 tanpa memandang
lebih baik, lebih hebat dari orang lain. Sebab mereka punya lingkungan, obyek
dan sasaran perjuangan yang berbeda. Disamping itu yang dinilai Allah SWT
bukanlah status sosialnya akan tetapi iman taqwanya (Inna akromakum ‘indallahim
atqookum). Amin…
Allahummasholli 'alaa sayyidina Muhammad..
ReplyDelete