Asal Manusia
Menurut Bibel, Al-Quran, Sains
oleh Dr. Maurice Bucaille
Kompleksitas Cairan PembuahIni merupakan suatu konsep yang sangat tepat dan dengan gamblang diungkapkan dalam ayat-ayat Al-Quran berikut ini. [Tulisan Arab] "Sungguh Kami telah membentuk manusia dari sejumlah kecil cairan yang bercampur." (QS 76 :2) Istilah 'cairan-cairan yang bercampur' berkaitan dengan kata Arab amsyaj. Para pengulas terdahulu mengartikan kata ini sebagai suatu cairan laki-laki dan wanita[9] sedemikian sehingga seakan-akan wanita juga menghasilkan cairan-cairan yang berperan dalam reproduksi. Penafsiran seperti ini tak bisa dipertahankan lagi. Hal ini tak lain adalah cerminan dari gagasan-gagasan yang populer pada saat Al-Quran diwahyukan kepada manusia, suatu periode yang di dalamnya secara amat alami orang tak tahu apa-apa tentang fisiologi atau embriologi wanita. Hal ini menjelaskan kenapa para pengulas terdahulu percaya pada kemaujudan suatu cairan yang bersumber dari wanita yang berperan dalam proses pembuahan. Celakanya, pendapat-pendapat seperti ini, yang diungkapkan oleh para pengulas yang tak syak lagi sangat terkemuka dan memenuhi syarat untuk berbicara tentang masalah-masalah keagamaan, terus mempengaruhi penafsiran-penafsiran yang diberikan oleh para ahli masa kini berkenaan dengan berbagai macam masalah, yaitu gejala-gejala alam. Oleh karena itu, kita mesti menegaskan fakta bahwa sel telur wanita tidak terkandung di dalam suatu cairan seperti sperma, dan bahwa berbagai keluaran getah yang benar-benar terjadi di dalam vagina dan lendir rahim sepenuhnya tak ada hubungannya dengan pembentukan suatu manusia baru sejauh menyangkut zat aktual mereka. 'Cairan-cairan yang bercampur' yang dirujuk oleh Al-Quran hanya khas bagi cairan sperma yang kompleksitasnya dengan demikian terpaparkan. Seperti kita ketahui, cairan ini terdiri atas keluaran-keluaran getah dari kelenjar-kelenjar berikut ini: buah pelir-buah pelir benih (mani), prostat* dan kelenjar-kelenjar yang melekat pada saluran kencing. Al-Quran masih menyebut hal-hal lain. Ia juga menjelaskan kepada kita bahwa unsur pembuah pria berasal dari cairan sperma. "(Tuhan) menjadikan keturunannya dari saripati cairan yang hina." (QS 32:8) Kata sifat 'yang hina' (mahin di dalam bahasa Arab) mesti diterapkan tidak saja pada sifat cairan itu sendiri melainkan juga pada fakta bahwa ia disemprotkan melalui saluran kencing. Mengenai kata 'saripati', kita sekali lagi bertemu dengan kata Arab sulalat, yang kepadanya kita tadi merujuk dalam memperbincangkan pembentukan manusia, selama Penciptaan, dari 'sari pati' lempung. Hal itu menunjuk pada 'sesuatu yang diambil dari sesuatu yang lain', sebagaimana kita lihat di atas, dan juga kepada bagian terbaik dari sesuatu '. Konsep yang diungkapkan di sini tidak bisa tidak, membuat kita berpikir tentang spermatozoa. Penanaman Telur Dalam Organ-Organ Kemaluan Wanita ------------------------------------------------------------ Penanaman sel telur yang telah terbuahi di dalam rahim disebutkan dalam banyak ayat Al-Quran. Kata Arab yang digunakan dalam konteks ini adalah 'alaq, yang arti tepatnya adalah 'sesuatu yang bergantung' sebagaimana dalam ayat berikut ini. [Tulisan Arab] "Bukankah (manusia) dahulu adalah sejumlah kecil sperma yang ditumpahkan? Kemudian ia menjadi sesuatu yang bergantung; lalu Allah membentuknya dalam ukuran yang tepat dan selaras." (QS 75:37-38) Merupakan suatu fakta yang kuat bahwa sel telur yang dibuahi tertanam dalam lendir rahim kira-kira pada hari keenam setelah pembuahan mengikutinya dan secara anatomis sungguh telur tersebut merupakan sesuatu yang bergantung. Gagasan tentang 'kebergantungan' mengungkapkan arti asli kata dalam bahasa Arab 'alaq. Salah satu turunan dari kata tersebut adalah 'segumpal darah,' suatu penafsiran yang masih kita temukan sekarang dalam terjemahan-terjemahan Al-Quran. Hal ini sepenuhnya merupakan terjemahan yang tidak tepat dari pengulas-pengulas zaman dahulu yang melakukan penafsiran menurut arti turunan kata tersebut. Karena kurangnya pengetahuan pada waktu itu, maka mereka tak pernah menyadari bahwa arti asli kata tersebut sudah sepenuhnya memadai. Di samping itu, dalam hal ayat-ayat yang mengandung pengetahuan modern, ada satu kaidah umum yang terbukti tak pernah salah, yaitu bahwa makna paling tua dari suatu kata selalu merupakan arti yang dengan jelas menunjukkan kesetaraannya dengan penemuan-penemuan ilmiah, sedang arti-arti turunannya secara berubah-ubah membawa kepada pernyataan-pernyataan yang tidak tepat atau malah sama sekali tak punya arti. Evolusi Embrio di Dalam Rahim ------------------------------------------------------------ Segera setelah berevolusi melampaui tahap yang dicirikan di dalam Al-Quran oleh kata sederhana 'sesuatu yang bergantung,' embrio, menurut Al-Quran, melewati satu tahap yang di dalamnya ia secara harfiah tampak seperti daging (daging yang digulung-gulung). Sebagaimana kita ketahui ia terus tampak demikian sampai kira-kira hari kedua puluh ketika ia mulai secara bertahap mengambil bentuk manusia. Jaringan-jaringan tulang dan tulang belulang mulai tampak dalam embrio itu yang secara berturutan diliputi oleh otot-otot. Gagasan ini diungkapkan dalam Al-Quran sebagai berikut: [Tulisan Arab] "Kami bentuk hal yang menjadi segumpal daging yang digulung-gulung, dan segumpal daging itu Kami bentuk menjadi tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu Kami bungkus dengan daging yang utuh." (QS 23 14) Dua tipe daging yang diberi dua nama berbeda di dalam Al-Quran, yang pertama 'daging yang digulung-digulung' disebut sebagai mudhraj, sedang yang kedua 'daging yang masih utuh' ditunjukkan oleh kata lahm yang memang menguraikan secara amat tepat bagaimana rupa otot itu. Al-Quran juga menyebutkan munculnya indera-indera dan bagian-bagian dalam tubuh. [Tulisan Arab] "(Tuhan) menganugerahkan bagimu pendengaran, penglihatan dan bagian-bagian dalam tubuh." (QS 32:9) Penunjukan dalam Al-Quran kepada organ-organ seksual mesti juga kita perhatikan, karena perujukan olehnya sungguh sangat tepat sebagaimana ditunjukkan oleh ayat ini. [Tulisan Arab] "(Tuhan) membentuk berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan dari sejumlah kecil (sperma) ketika sejumlah kecil (sperma) itu dipancarkan." (QS 53 :45-46) Sebagaimana telah kita lihat di atas, Al-Quran menekankan fakta bahwa hanya sejumlah amat kecil cairan sperma yang dibutuhkan untuk pembuahan. Unsur pembuah pria, yaitu spermatozoa, mengandung hemicromosom yang akan menentukan jenis kelamin calon manusia itu. Saat-saat yang menentukan terjadi ketika spermatozoa menembus sel telur dan kemudian jenis kelamin tersebut tidak berubah. Ayat-ayat yang dikutip di atas menunjukkan bahwa jenis kelamin manusia ditentukan oleh sejumlah kecil cairan pembuah. Cairan inilah yang membawa spermatozoa yang mengandung hemicromosom yang menentukan bentuk seksual manusia baru. Dalam konteks ini teks Al-Quran dan data embriologi modern secara sangat mencengangkan ternyata sama. Semua pernyataan ini sesuai dengan fakta-fakta kuat masa kini. Tetapi bagaimana orang-orang yang hidup pada masa Muhammad dapat mengetahui berbagai rinci embriologi? Karena data ini belum ditemukan sampai seribu tahun setelah wahyu Al-Quran diturunkan. Sejarah sains membuat kita menyimpulkan bahwa tak ada satu penjelasan manusia mengenai kemaujudan ayat-ayat ini di dalam Al-Quran. Transformasi-Transformasi Bentuk Manusia Sepanjang Abad dan Perkembangan Embrionik ------------------------------------------------------------ Bagi orang-orang yang tidak akrab dengan embriologi dan genetika, tidak segera tampak bahwa setiap dan semua modifikasi yang berlangsung di dalam individu manusia berasal dari perubahan-perubahan yang terjadi pada gen-gen yang diberikan kepada individu baru oleh kromosom-kromosom yang diturunkan dari ayah dan ibunya. Sebagaimana dinyatakan sebelumnya, satu pembagian berlangsung dalam setiap warisan genetis yang diikuti satu penyatuan unsur-unsur yang berasal dari paruh masing-masing. Hal ini dengan cepat menimbulkan awal perubahan-perubahan morfologis selama kehamilan, dan dengan demikian juga modifikasi-modifikasi fungsional yang muncul kemudian. Dengan demikian transformasi-transformasi terus berlangsung setelah lahirnya sang bayi, melewati pertumbuhan masa kecil, hingga individu tersebut mencapai kedewasaan dan transformasi-transformasi tersebut sepenuhnya sempurna. Jika konsep-konsep ini tidak dipahami dengan benar, maka kesalahan-kesalahan bisa terjadi berkenaan dengan gagasan-gagasan orang-orang yang biasa berpikir bahwa ayat-ayat Al-Quran yang dikutip dalam bab ini berkenaan hanya dengan perkembangan bayi di dalam rahim dan mengabaikan perkembangan morfologis berikutNya dari manusia itu. Itulah sebabnya kenapa sangat penting untuk memasukkan semua ayat yang merujuk pada reproduksi manusia dalam studi kita mengenai bagian -bagian teks Al-Quran yang- sejauh yang dapat saya lihat berhubungan dengan transformasi-transformasi bentuk manusia selama berabad-abad. Untuk menjernihkan persoalan ini, saya akan memberikan satu contoh berkenaan dengan transformasi patologis yang terdiri atas suatu kerusakan bawaan yang khususnya umum terjadi di antara kesalahan-kesalahan pembentukan manusia: yaitu mongolisme.° Penemuan-penemuan telah menunjukkan bahwa hal itu disebabkan atau diakibatkan oleh berlipat tiganya suatu kromosom yang telah diberi nomor 21, yang darinya kerusakan tersebut mengambil nama Trisomi 21. Pada masa kini diketahui bahwa penyebabnya terletak pada gen-gen yang terkandung dalam kromosom dan bahwa kerusakan tersebut terjadi dengan frekuensi maksimum ketika ibu sang bayi berumur lebih dari 40 tahun. Penyakit tersebut dicirikan oleh suatu perkembangan fisik dan intelegensia kanak-kanak dan bentuk-bentuk morfologis khas tertentu yang barangkali tidak tampak jelas waktu kelahiran tapi kemudian menjadi sangat nyata. Jadi, kondisi tersebut dikenali, cepat atau lambat, sesuai dengan tingkat keseriusannya. Meskipun demikian, apa pun kasusnya, karakteristik dasarnya diperoleh selama minggu-minggu pertama kehidupan. Modifikasi-modifikasi morfologis yang bermacam-macam dalam diri manusia mengikuti pola yang sama. Proses tersebut bermula selama kehamilan, dan secara bertahap menjadi lebih nyata hingga manusia tersebut mencapai kedewasaan. Dengan demikian, selama generasi-generasi yang berturutan yang memisahkan Australopitecus dari manusia modern (yang mencapai sepuluh ribu unit), masuk akallah untuk beranggapan bahwa tak sedikit modifikasi yang terjadi dalam setiap generasi, yang secara bertahap tertumpuk hingga menghasilkan transformasi-transformasi yang melahirkan manusia sebagaimana kita kenali pada masa kini. Oleh karena itu, adalah mustahil, berkenaan dengan hasil akhirnya, untuk memisahkan modifikasi-modifikasi kecil yang selaras yang terjadi atau berlangsung dalam setiap generasi di dalam rahim dari transformasi-transformasi menyeluruh yang terjadi atas sejumlah besar generasi. Penjelasan ini diperlukan untuk memahami cara Al-Quran mengungkapkan konsep ini, sehubungan dengan evolusi embrio di dalam rahim, menurut kehendak Allah, sebagaimana dinyatakan dengan jelas di dalam Al-Quran. ------------- Catatan kaki: ° Mongolisme: kepandiran bawaan, yang dalam kepandiran bawaan itu seorang anak dilahirkan dengan tengkorak kepala yang pendek dan rata (pesek), kedua mata yang sipit, dan kelainan-kelainan lain -penyunting (SELESAI) ________________________________________ Asal Manusia Menurut Bibel, Al-Quran, Sains oleh Dr. Maurice Bucaille Penerbit Mizan, Cetakan VII, 1994 |
0 comments :
Post a Comment