Sunday, 9 September 2012

Dialog Sunni Syi'ah 5 (Hubungan Sunnah-Syi'ah di Indinesia)

(Lanjutan)
Hubungan Sunnah-Syi'ah di Indonesia: Tauhid sebagai Common Platform
Oleh : Abdul Hayyie al Kattani

Kembali ke dataran realitas di Indonesia. Masalah yang ada kemudian adalah bagaimana mencari formulasi yang tepat untuk dalam satu waktu mengambil apa yang baik dari Syi'ah --seperti tradisi filsafat dan keilmuan yang cukup subur-- dan pada saat yang sama mampu menghindari bias negatif konsep tersebut bagi kaum muslimin di Indonesia, dan secara lebih umum bagi umat Islam seluruh dunia. Formulasi itu, dalam skala dunia Islam, pernah dilakukan oleh Syaikh Muhammad Syaltut, Grand Syaikh al Azhar. Namun, dikemudian hari tampaknya, usaha tersebut mengalami kemacetan. Kita, dalam upaya pendekatan mazhab, bisa saja menggunakan fiqh ikhtilaf. Yakni dalam hal-hal yang sama kita saling bahu-membahu. Dan dalam hal-hal yang berseberangan kita saling memberikan toleransi. Menurut Prof. Dr. Hamid Algar --seorang muslim Inggris, dan mengajar studi Islam dan Persia di University of California-- selama ini, umat Islam telah begitu banyak memberikan toleransi ke luar, terhadap agama di luar mereka. Namun kurang memberikan toleransi ke dalam antara sesama pemeluk Islam 68. Namun, dalam kasus Syi'ah, kaum Ahlu Sunnah tentu akan amat-amat keberatan untuk bertoleransi terhadap pengecaman dan pengkafiran para sahabat. Dan dari pihak Syi'ah sendiri, seperti dikatakan oleh S.H. Hossein Nasr, dalam pengantarnya atas buku Muhammad Husain ath-Thabathaba'i, Shi'te Islam, bahwa Syi'ah juga sulit untuk bertoleransi jika toleransi itu berarti harus mengesampingkan apa yang selama ini mereka yakini 69. Namun, toh ada satu kesatuan yang kita miliki bersama, yaitu tauhid70. Maka tauhid inilah yang kita harapkan dapat menjadi common platform antara Sunnah dan Syi'ah. Sedangkan dalam bentuk-bentuk praktekal. kita bisa menerapkan fiqh muwâzanat dan fiqh awlawiyyat.
Wallahu a'lam.
Cairo, Juli 1997.

Catatan:

1 Seperti dikutip oleh Jalaluddin Rahmat dalam: Islam Alternatif, Bandung, 1991, hal. 242.
2 Affan Gafar, Islam dan Negara, dalam majalah mingguan TEMPO, 10 Oktober 1992.
3 Oleh karena itu, ketika menulis buku yang berisikan kajian tentang Syi'ah, Jalaluddin Rahmat memberikan judul bukunya tersebut Islam Alternatif.
4 Lihat wawancara Jalaluddin Rahmat dengan redaksi jurnal Ulumul Qur'an, no. 4, vol. VI, tahun 1995.
5 Dawam Rahardjo, dalam jurnal Ulumul Qur'an, no. 2, vol. V, th. 194.
6 Sca.
7 Beliau mengarang buku Antara Fakta dan Khayal Tuanku Rao, Jakarta 1974.
8 Dengan tulisannya Shi'a Elements in Malay Literature, dalam Sartono Kartodirdjo (ed) Profiles of Malay Culture Historiography Religion and Politics, Jakarta 1976.
9 Dengan bukunya Tawarikh Raja-raja Kerajaan Aceh, Banda Aceh, 1968. Dengan bukunya Syi'ah dan Sunnah Saling Rebut Kekuasaan Sejak Awal Sejarah islam di Kepulauan Nusantara, Surabaya, 1983.
10 Sca.
11 Dr. Azyumardi Azra, Syi'ah di Indonesia: Antara Mitos dan Realitas, dalam Jurnal Ulumul Qur'an, no. 4, Vol. VI, tahun 1995.
12 Dr. Said 'Aqil Siraj, Latar Belakang Kultural dan Politik Kelahiran ASWAJA, makalah disampaikan pada seminar yang diadakan opleh Forum Silaturahmi Da'i se-Jakarta, Sabtu, 11 Agustus 1995, di Tanjung Priok, hal. 18.
13 Lihat: Jurnal Ulumul Qur'an no.4, Vol.VI, tahun 1995, dalam artikel Lembaga-lembaga Syi'ah di Indonesia.
14 Sca.
15 Lihat: Allamah M.H. Thabathaba'i, Shi'te Islam, edisi bahasa Indonesia Islam Syi'ah Asal Usul dan Perkembangannya, Jakarta, 1989, hal.32. Dr. Muhammad Tijani as Samawie Asy-Syi'ah Hum Ahlu Sunnah, Beirut, 1993, hal. 17.
16 Asy-Syahrastani, Milal wa Nihal, Beirut, 1992, Vol.I, hal.144. Ibn Khaldun, Muqaddimah, Beirut, 1993, hal.155. Dr. Muhammad 'Imarah, Tayyarat Fikri al Islami, Kairo, 1991, hal.199.
17 Dr. Muhammad 'Imarah, Tayyarat Fikri al Islami, Sca.
18 Dr. Nasy'at Abdul Jawwad Dlaif, Al Manhaj al Jadid fi Syarh Jauharat Tauhid, Universitas al Azhar, tt, hal.93.
19 Scn. 16, hal. 37.
20 Dalam bukunya Asy-Syi'ah fi al Mizan, Beirut, 1989, hal. 24.
21 Dalam Ashlu Syi'ah wa Ushuluha, Beirut, 199, hal. 116.
22 Sca.
23 Scn. 17, hal. 200
24 Scn. 18, hal.94
25 Lihat catatan yang diberikan Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid pada kitab Maqalat Islamiyyin wa Ikhtilaf al Mushallin, karya Imam Abu al Hasan al Asy'ari, Beirut, 1990, Vol. I, hal. 65.
26 Sca. hal.66
27 Lihat dalam 'Abbas 'Ali al Musawie, Syubhat Haula Syi'ah, Beirut, 1991, hal.12
28 Tentang ini, dapat dibaca pada Musthafa Syak'ah, Islam Bila Mazahib, Kairo, 1994, hal. 208, dan Abdullah bin Sa'id al Junaid dalam buku Hiwar Hadi Baina Sunnah wa Syi'ah, Dar al Manarah, tt. hal.12.
29 Antara lain oleh Muhammad Jawad al Mughniyyah, Scn. 20 hal. 314, Assayyid Muhammad 'Ali al Hasany, Dirasat fi 'Aqaid Syi'ah al Imamiyyah, Beirut, 1989, hal.20, Abbas 'Ali al Musawie, Syubhat Haula Syi'ah, scn. 27, hal.35, Imam al Khu'i al Bayan fi Tafisr al Quran, Beirut, 1974, hal. 200-220, dll.
30 Riwayat tentang tahrif al Qur'an, terdapat dalam kitab hadist al Kafie yang disusun oleh Abu Ja'far Muhammad Ibn Ya'qub al Kulayni al Razie (w.329/941). Kitab ini menurut Abul Husain al Musawie dalam kitab al Muraja'at adalah kitab Syi'ah yang paling bagus, tak meragukan dan paling otentik. Diriwayatkan bahwa ketika kitab al Kafie tersebut disodorkan kepada al Mahdi, dia berkomentar Haza Kafin li Syi'atina-kitab ini mencukupi bagi syi' ah kita, maka tentu saja apa yang tertulis di dalamnya dapat dijadikan ukuran untuk menentukan dan menilai apa dan bagaimana sikap Syi'ah terhadap banyak hal.
31 Lihat: Al Kulayni, al Kafie, kitab al Hujjah, 1:414. M.H. Thabathaba'i, al Mizan fi Tafsir al Qur'an, Beirut, 1991, Vol.4, hal. 72-73.
32 Tentang motivasi dan sejarah timbul sekte-sekte dalam Syi'ah, dapat dibaca dalam al Hasan bin Musa an-Naubakhti, Firaq asy-Syi'ah, Beirut, 1984, Syahrastani, Milal wa Nihal, Scn. 16, hal. 144-219, Dr, Mushthafa asy-Syak' ah, Islam Bila Mazahib, Scn. 28, hal.175-369.
33 Imam Abi Hasan al Asy'ari, Maqalat Islamiyyin wa Ikhtilaf al Mushallin, Beirut, 1990, Vol.I, hal. 65.
34 Sca. hal.66
35 Sca. hal.66-88.
36 Sca. Hal.88-89
37 Sca. hal.88-105.
38 Menurut al Mas'udi dalam kitab Muruj al Dzahab, beberapa pengarang kitab tentang doktrin, ideologi dan agama seperti Muhammad bin harun al Warraq dan lain-lain mengatakan bahwa pada masa mereka terdapat sebanyak 8 sekte dalam Zaidiyyah.
39 Scn. 34, hal.140-145.
40 M.H. Al Kasyif al Githa, Ashlu Syi'ah wa Ushuluha, Scn. 21, hal. 136.
41 Tentang kisah pembelotannya tersebut dapat dibaca dalam bukunya Tsumma Ihtadaitu, London, 1989.
42 Lihat: Dr. Muhammad Tijani as-Samawie, asy-Syi'ah Hum Ahlu Sunnnah, Beirut, 1993.
43 Lihat: Muhammad Mahfuz bin Abdullah At-Tarmasy, Manhaj Dzawi Nadhar Syarh Mandzumat al 'Ilmi al Atsar, Beirut, 1981, hal.8. Muhammad Jamaluddin al Qasimi, Qawa'idu al Hadist min Funun Mushthalah Hadist, Beirut, tt. hal.61.
44 Muhammad Ajjaj al Khatib, as-Sunnah Qabla Tadwin, Beirut, 1981, hal. 16, Manna' al Qatht-than, Mabahits fi Ulum al Hadist, Kairo, 1992, hal. 15.
45 Lihat: Muhammad 'Ali al Hasan, Dirasat fi 'Aqa'id Syi'ah al Imamiah, Beirut, 1989, hal. 360. Juga M. Husein Thabathaba'i, Shi'te Islam, edisi bahasa Indonesia, Islam Syi'ah, scn. 16, hal. 113.
46 M.H. Husein al Kasyif Githa, Scn. 21, hal.145.
47 Scn. 45, hal. 360-363.
48 M.Husein Thabathaba'i, Scn. 16, hal. 113, Juga Muhammad Jawwad al Mughniyyah, Asy-Syi'ah fi al Mizan, hal. 318.
49 Lihat: Muhyiddin al Musawie al Guhraify, Qawa'id al Hadist, Beirut, 1986, hal. 24 dan Asy-Syi'ah fi al Mizan, hal. 318.
50 Qawa'idul Hadist, Sca., hal. 27, Asyi'ah fi al Mizan, hal. 319
51 Qawa'idul Hadist, sca. hal. 27-30.
52 Lihat: Asy-Syi'ah fi al Mizan, hal. 319.
53 Lihat: As-Sunnah baina Anshariha wa Khushumiha, risalah doktoral fakultas Ushuluddin Universitas al Azhar, Vol II, hal. 488.
54 As-Sunnah Baina Anshariha wa Khushumiha, sca. hal. 389, Asyi'ah fi al Mizan, hal. 317.
55 Sca.
56 Sca.
57 Scn. 53, hal. 489.
58 Sca.
59 Lihat: Asyi'ah fi al Mizan, hal.318.
60 Scn. 57.
61 Sca.
62 Lihat: At-Tarmasy, scn. 44 hal. 214.
63 Dr. Faruq Hammadah, al Manhaj al Islami fi al Jarh wa Ta'dil, Rabat, 1982, hal. 185-186.
64 Untuk studi lebih lanjut tentang ini, silakan baca: Muhammad bin Abdul Wahid Dliauddin al Maqdisi, Kitab An-Nahyu 'An Sabbi Ashhab, Kairo, 1994.
65 Lihat: An-Naubakhti, scn. 33, hal. 22.
66 Lihat: Murtadla al 'Askari, Ma'alim Madrasatain, Vol.I, Beirut, 1993, hal. 130-188. Juga Syubhat Haula Syi'ah, Scn. 27 hal. 103 dst..
67 Syubhat Haula Syi'ah, sca. hal. 129-182.
68 Lihat: Majalah Ummat, no. 5 th. I/4
69 Lihat pengantar S.H. Nasr atas buku M.H. Thabathaba'i, Shi'te Islam.
70 Penulis artikel ini menawarkan tauhid, tidak aqidah, sebagai common platform, karena dalam salah satu konsep aqidah Syi'ah terdapat point yang amat sensitif. Yaitu konsep imamah. Dengan konsep ini, orang-orang yang tidak mengakui dan mengimani ke-imamah-an sebagaimana dipahami kaum Syi'ah akan secara otomatis tidak lengkap aqidahnya. Konsekuensinya adalah: sebagian besar umat Islam di dunia ini, yang tidak mempercayai konsep ini, secara otomatis berada di luar main stream Islam [Syi'ah]. Dengan demikian, konsep yang bisa diterima oleh kedua pihak sebagai common platform yang sejuk, menurut hemat penulis adalah konsep tauhid tersebut.

0 comments :

Post a Comment